Program Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
Upaya Peningkatan Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan di Desa Tambak Sumur, Kecamatan Waru, Sidoarjo
Sidoarjo,
29 Juli 2025 — Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas
Nahdlatul Ulama Surabaya (UNUSA) melaksanakan serangkaian kegiatan intervensi
sosial dalam program Bina Desa yang berlokasi di Desa Tambak Sumur, Kecamatan
Waru, Kabupaten Sidoarjo. Program ini tidak hanya menjadi bagian dari
pengabdian kepada masyarakat, tetapi juga merupakan bentuk konversi kegiatan
Kuliah Kerja Nyata (KKN) sekaligus integrasi lintas mata kuliah seperti Promosi
Kesehatan dan Advokasi, Analisis Kesehatan Lingkungan, serta Praktik Belajar Lapangan.
Pendekatan ini dirancang agar mahasiswa tidak hanya memahami konsep secara
teoritis di ruang kelas, tetapi juga mampu mengimplementasikannya secara
langsung di tengah masyarakat dengan mempertimbangkan dinamika sosial, budaya,
dan lingkungan yang ada.
Melalui
keterlibatan aktif dalam program ini, mahasiswa didorong untuk mengembangkan
keterampilan komunikasi, analisis situasi, hingga penyusunan dan pelaksanaan
program yang sesuai dengan kondisi riil. Kegiatan ini menjadi ruang praktik
yang utuh, di mana mahasiswa belajar merespons permasalahan kesehatan
masyarakat secara langsung, sekaligus membangun hubungan sosial dengan warga
melalui pendekatan partisipatif.
Pelaksanaan
program difokuskan pada peningkatan kesehatan masyarakat dan pelestarian
lingkungan berbasis potensi lokal. Proses perancangan kegiatan diawali dengan
observasi lapangan yang dilakukan secara sistematis melalui wawancara langsung
dengan warga. Wawancara ini bertujuan mengidentifikasi persoalan yang dihadapi
masyarakat sehari-hari, khususnya yang berkaitan dengan kondisi lingkungan dan
kesehatan keluarga. Hasil dari penjajakan awal tersebut menjadi dasar mahasiswa
dalam merancang bentuk intervensi yang relevan, adaptif, dan berdampak jangka
panjang.
Dari
hasil temuan tersebut, mahasiswa merancang tiga intervensi yang dianggap paling
sesuai dengan kebutuhan warga, yaitu edukasi dan implementasi tong sampah minim
asap, pelatihan budidaya maggot untuk pengelolaan sampah organik, serta
penanaman tanaman obat keluarga (TOGA) dan lidah mertua. Ketiga intervensi ini
disusun berdasarkan urgensi masalah yang ditemukan dan dilaksanakan secara
bertahap, menyesuaikan karakteristik lingkungan masing-masing wilayah
pelaksanaan.
Pada kegiatan pertama kami melakukan kegiatan edukasi dan inovasi Tong Sampah
Minim Asap. Kegiatan ini dilaksanakan pada Sabtu, 14 Juni 2025 di Balai RW 2
Desa Tambak Sumur. Fokus kegiatan ini adalah pada persoalan pencemaran udara
akibat pembakaran sampah terbuka yang masih banyak dilakukan oleh warga.
Mahasiswa UNUSA mengangkat isu ini melalui sesi edukasi yang disampaikan secara
interaktif oleh pemateri Anmay, dengan penjelasan mengenai dampak asap terhadap
sistem pernapasan.
Sebagai
respon atas permasalahan tersebut, mahasiswa memperkenalkan inovasi alat
pembakaran ramah lingkungan berupa Tong Sampah Minim Asap yang dirancang untuk
menghasilkan emisi lebih rendah dan aman bagi lingkungan sekitar. Edukasi ini
dilengkapi dengan demonstrasi langsung cara kerja tong, memungkinkan warga
memahami prinsip penggunaannya secara praktis. Pada akhir sesi, alat diserahkan
secara simbolis kepada warga, disertai buku panduan penggunaan dan surat
perjanjian pemanfaatan jangka panjang sebagai bentuk komitmen berkelanjutan.
Sebagai
lanjutan dari rangkaian intervensi yang telah dirancang, perhatian selanjutnya
diarahkan pada pengelolaan sampah organik rumah tangga. Kegiatan kedua ini
dilaksanakan pada Minggu, 22 Juni 2025 di Balai RW 3 Desa Tambak Sumur. Dalam
pelaksanaannya, mahasiswa menghadirkan narasumber praktisi, Bapak Taufik, yang
memberikan edukasi menyeluruh mengenai budidaya maggot Black Soldier Fly (BSF).
Maggot BSF diperkenalkan sebagai solusi ekologis dan ekonomis, karena
kemampuannya dalam mengurai limbah dapur secara cepat serta menghasilkan larva
yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak bernilai jual.
Edukasi
yang diberikan diperkaya dengan demonstrasi langsung, di mana warga
diperkenalkan pada teknik pembibitan, pemberian pakan, hingga proses pemanenan
maggot. Sebagai bentuk dukungan keberlanjutan, setiap peserta menerima satu
paket maggot box budidaya lengkap dengan buku panduan dan surat perjanjian
pemanfaatan. Melalui kegiatan ini, diharapkan warga dapat mengembangkan
budidaya maggot secara mandiri, sekaligus menjadikannya sebagai alternatif
pengelolaan sampah dan peluang usaha rumahan.
Menutup
rangkaian intervensi, kegiatan ketiga dilaksanakan pada Minggu, 29 Juni 2025 di
Balai RW 3 Desa Tambak Sumur dengan fokus pada pemanfaatan pekarangan rumah
sebagai ruang hijau produktif. Mahasiswa memperkenalkan Tanaman Obat Keluarga
(TOGA) seperti jahe, sereh, dan lidah mertua sebagai tanaman fungsional untuk
menjaga kesehatan keluarga, materi yang dipaparkan oleh Audina selaku
perwakilan panitia dilanjutkan dengan demonstrasi penanaman. Semula
direncanakan tanam bersama, sesi ini kemudian diubah menjadi praktik individu
agar setiap warga dapat langsung mencoba teknik menanam yang mudah diterapkan
di halaman rumah masing‑masing. Sebagai dukungan berkelanjutan, panitia
membagikan bibit TOGA kepada peserta untuk dibawa pulang dan ditanam, dengan
harapan pekarangan rumah warga menjadi lebih hijau, sehat, dan produktif.
Respon
positif dari warga pun muncul seiring dengan pelaksanaan ketiga kegiatan yang
dirancang berdasarkan kebutuhan dan kondisi nyata di lapangan. “Dengan adanya
bantuan tong sampah minim asap ini kami merasa terbantu karena dapat mengurangi
dampak asap pada waktu pembakaran sampah, dan untuk penggunaannya pun sangat
mudah,” ujar Bapak Munir, warga Desa Tambak Sumur yang menjadi salah satu
penerima tong sampah minim asap.
Sementara
itu, Ibu Devi, peserta kegiatan budidaya maggot, menambahkan, “Kegiatan ini
sangat bermanfaat, apalagi berkaitan langsung dengan persoalan sampah yang
semakin hari semakin terasa dampaknya. Sekarang ini kan biaya retribusi sampah
juga terus naik, jadi dengan adanya budidaya maggot di tiap rumah, sampah
organik bisa dikelola sendiri dan volumenya berkurang. Sementara itu, sampah
anorganik bisa kita pilah dan dijual, jadi lebih bernilai.”
Dari
sisi pemanfaatan tanaman TOGA, Ibu Neneg selaku anggota BPD Tambak Sumur
menyampaikan, “Meskipun sekarang sudah banyak tersedia obat herbal maupun obat
instan, tanaman TOGA yang dikenal sebagai apotek hidup tetap sangat dibutuhkan,
terutama oleh ibu-ibu rumah tangga karena bisa dimanfaatkan juga untuk
keperluan memasak. Kalau program seperti ini terus dikembangkan oleh pihak
kampus UNUSA, tentu akan sangat baik bagi generasi-generasi berikutnya.”
Melalui
pelaksanaan program Bina Desa di Tambak Sumur, terlihat bahwa sinergi antara
mahasiswa dan masyarakat dapat menghasilkan langkah-langkah sederhana namun
berdampak nyata. Ketiga intervensi yang dilakukan mulai dari pengelolaan sampah
berbasis rumah tangga, pemanfaatan sumber daya lokal, hingga penghijauan
pekarangan membuktikan bahwa perubahan perilaku bisa dimulai dari lingkup kecil
yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Program ini tidak hanya memperkaya
pengalaman belajar mahasiswa di luar ruang kelas, tetapi juga memperkuat peran
pendidikan tinggi sebagai agen transformasi sosial di tengah masyarakat.
Diharapkan, upaya yang telah dirintis ini menjadi pijakan awal bagi
keberlanjutan gerakan hidup sehat dan ramah lingkungan yang tumbuh dari desa,
oleh desa, dan untuk desa.
Komentar
Posting Komentar